Rabu, 17 Juni 2015

Tugas Perekonomian Indonesia



Neraca Pembayaran dan Tingkat Ketergantungan Pada Modal Asing
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 menggariskan bahwa kebijaksanaan pembangunan diarahkan untuk selalu bertumpu pada Trilogi Pembangunan, yakni pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional. Kebijaksanaan neraca pembayaran sebagai bagian dari kebijaksanaan pembangunan selalu mengacu pada Trilogi Pembangunan tersebut secara serasi. Di samping itu juga diusahakan tercapainya perubahanfundamental dalam struktur produksi dan perdagangan luar negeri sehingga dapat meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia terhadap guncangan-guncangan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Di bidang perdagangan, melalui deregulasi dan debirokrati-sasi, kebijaksanaan ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri dalam negeri, menunjang pengembanganekspor non migas, memelihara kestabilan harga dan penyediaan barang yang dibutuhkan di dalam negeri, serta menunjang iklim usaha yang makin menarik bagi penanaman modal.
1.2  Rumusan Masalah
A.   Neraca Pembayaran
·         Apa yang dimaksud dengan neraca pembayaran ?
·         Apa pentingnya BOP pada neraca pembayaran !
·         Apa saja saldo BOP pada neraca pembayaran ?
B.   Modal
·         Apa manfaat modal bagi negara pemberi dan negara penerima ?
·         Apa perkembangan arus modal masuk ?
·         Jelaskan arus modal resmi !
C.   Utang Luar Negeri
·         Apa saja faktor penyebab utang luar negeri ?
·         Jelaskan perkembangan utang luar negeri di Indonesia !

1.3  Tujuan Masalah
·         Mengetahui penjelasan tentang neraca pembayaran.
·         Mengetahui penjelasan tentang modal.
·         Mengetahui penjelasan tentang utang luar negeri.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran adalah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional yang terjadi penduduk dalam negeri suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu dan biasanya dinyatakan dalam dolar AS. BOP sangat berguna karena menunjukkan struktur dan komposisi transaksi ekonomi dan posisi keuangan internasional dari suatu negara, dan juga BOP merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi dari suatu negara disamping variabel-variabel ekonomi makro lainnya.
BOP terdiri atas 3 saldo, yaitu:
- Saldo neraca transaksi berjalan ( TB )
- Saldo neraca modal ( CA )
- Saldo neraca moneter ( MA )
TB adalah jumlah saldo dari 1.neraca perdagangan yang mencatat ekspor dan impor barang 2. Neraca jasa yang mencatat ekspor dan impor termasuk pendapatan royalti bunga deposito, transfer keuntungan bagi investor asing, pembayaran bunga cicilan utang luar negeri dan kiriman uang masuk dari tenaga kerja indonesia diluar negeri dan 3. Transaksi-transaksi sepihak
CA adalah neraca yang mencatat arus modal jangka pendek dan jangka panjang masuk dan keluar yang terdiri atas modal pemerintah neto dan lalu lintas modal swasta neto.
MA adalah neraca yang mencatat perubahan cadangan devisa berdasarkan transaksi arus devisa yg masuk dan keluar dari suatu negara dalam suatu periode tertentu yang dicatat oleh bank sentralnya.
2.2 Modal
1. Manfaat Bagi Negara Pemberi dan Negara Penerima
Seperti halnya perdagangan Internasional, mobilisasi modal antar negara mempunyai manfaat bagi negara pengekspor maupun pengimpor modal tersebut. Proyek investasi dengan tingkat pengembalian yang tinggi di suatu negara tidak akan dikorbankan karena kelangkaan dana, sementara proyek investasi dengan hasil yang rendah di negara yg memiliki dana dana berlimpah dapat terus dilaksanakan. Manfaat dari adanya investasi dari DCs di LDCs juga harus dilihat dalam bentuk pertumbuhan output ( PDB ) kesempatan kerja dan pendapatan, peralihan teknologi, pengetahuan manajemen, dll.
2. Perkembangan Arus Modal Masuk
Sebagian besar modal asing yang masuk ke Indonesia adalah modal resmi, walaupun porsinya bervariasi antar tahun. Ini karena modal asing resmi lebih dominan dibandingkan modal swasta sebagai sumber eksternal bagi pembiayaan tabungan-investasi gap Indonesia. Terutama sejak kerisis ekonomi yang disusul dengan krisis politik dan sosial, peran modal asing resmi semakin penting terutama dari IMF, Bank Dunia dan CGI, sedangkan peran dari modal asing berkurang karena indonesia menjadi tidak menarik lagi atau tidak aman untuk investasi.
Sebenarnya yang penting bukan angka persetujuan untuk diperhatikan, tetapi angka realisasinya. Data dari BKPM yang diolah oleh Litbang harian Kompas menunjukan bahwa nilai realisasi investasi langsung di Indonesia baik PMDN maupun PMA rata-rata pertahun sangat kecil sebagai suatu persentase dari nilai investasi yg disetujui.
3. Arus Modal Resmi
Arus modal resmi dalam bentuk pinjaman maupun bantuan pembangunan dari negara-negara donor secara individu ( pinjaman bilateral ). Pada saat ktisis Indonesia membutuhkan bantuan luar negeri karena modal asing swasta menurun drastis. Pada saat investasi asing mulai masuk lagi ke Indonesia, bantuan luar negeri terutama dalam bentuk bantuan pembangunan dan pinjaman dari IMF menunjukan tren yang menurun.
Bagian terpenting dari arus modal resmi yg diterima oleh pemerintah indonesia setiap tahun adalah bantuan pembangunan dalam bentuk pinjaman dengan bunga sangat murah dan persyaratan-persyaratan sangat lunak, maupun dalam bentuk hibah. Ketergantungan pemerintah terhadap bantuan pembangunan dari sumber eksternal berkorelasi negatif terhadap defisit keuangan pemerintah ( APBN ).
2.3 Utang Luar Negeri
Faktor – Faktor Penyebab
Salah satu komponen terpenting dari arus modal masuk yang banyak mendapat perhatian di dalam literatur mengenai pembangunan ekonomi di LDCs adalah ULN. Tingginya ULN dari banyak LCDs disebabkan oleh faktor-faktor:
·         Defisit TB
·         Kebutuhan dana untuk membiayai tabungan-investasi gap yang negatif
·         Tingkat inflasi yang tinggi
·         Dan ketidakefisiensinya struktural di dalam perekonomian mereka.
Jika sebuah negara telah mecapai suatu tingkat pembangunan tertentu pada fase terakhir dari proses pembangunan, ketergantungan negara tersebut terhadap pinjaman luar negeri akan lebih rendah dibandingkan dengan periode pada saat negara itu baru mulai membangun. Proksi yang umum digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan sebuah negara adalah tingkat PDB dalam nilai riil perkapita, sedangkan indikator-indikator makro yang umum digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan sebuah negara terhadap bantuan atau ULN adalah misalnya rasio ULN-PDB atau rasio ULN terhadap nilai total dari perdagangan luar negeri ekspor impor atau terhadap nilai ekspor.
Perkembangan ULN Indonesia
Dalam kasus Indonesia, tren perkembangan ULN-nya cenderung menunjukkan suatu korelasi positif antara peningkatan jumlah ULN yang sering disebut Growth With Indebtedness.
ULN Indonesia terdiri dari sektor publik ( pemerintah dan BUMN ) dan swasta yang digaransi maupun tidak oleh pemerintah. Sejak krisis ekonomi pinjaman dari IMF menjadi komponen penting dari ULN pemerintah yang dapat dikatakan sebagai penyelamat Indonesia hingga tidak sampai mengalami status kebangkrutan secara finansial.
Khusus untuk ULN pemerintah, salah satu rasionya dalah pembayaran DS terhadap pengeluaran pemerintah. Selama periode 1993-1994-2000, rasio paling rendah adalah 60% (1993-1994) dan paling tinggi adalah 140% (2000) . Perhitungan rasio ini tidak termasuk utang dari IMF. Rasionya akan lebih tinggi jika termasuk IMF.Rasio pembayaran DS terhadap pengeluaran pemerintah tersebut jauh lebih besar dibandingkan rasio BP luar negeri terhadap pengeluaran pembangunan, yang artinya beban pembayaran DS lebih besar daripada keuntungan dari adanya pinjaman lunak untuk membiayai pinjaman.
Beban pemerintah dalam pembayaran DS menjadi semakin besar sejak krisis ekonomi atau tepatnya sejak pemerintah melibatkan IMF dalam usaha pemulihan ekonomi nasional. Jumlah tersebut merupakan bunga atas pinjaman yg tidak dapat dipakai oleh pemerintah karena pinjaman dari IMF itu hanya boleh difungsikan sebagai pendukung.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neraca pembayaran suatu negara adalah catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk negara itu dengan penduduk negara lain dalam jangka waktu tertentu. Atau NPI adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh aktivitas ekonomi yang meliputi perdagangan barang/jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun.
Tujuan penyusunan neraca pembayaran ini adalah untuk memberitahukan kepada pemerintah dan siapa saja yang membutuhkan atau berkepentingan mengenai posisi internasional dari negara yang bersangkutan secara keseluruhan.
3.2 Daftar Pustaka
Tambunan, tulus (2003), “Perekonomian Indonesia”, Ghalia Indonesia

Tugas Perekonomian Indonesia


Industrialisasi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia tidak terlepas dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai metode untuk memenuhinya sesuai dengan zamannya. Mulai zaman prasejarah, kita mengenal kehidupan manusia purba masa berburu dan mengambil makanan, atau dikenal food gathering. Kemudian, masa berternak  dan bercocok tanam atau food producing.
1.2  Rumusan Masalah
·         Konsep dan tujuan apa yang ada pada Industrialisasi ?
·         Apa saja faktor pendorong yang ada pada Industrialisasi ?
·         Permasalahan apa yang terjadi pada Industrialisasi ?
·         Apa saja strategi pembangunan sektor industri ?
·         Bandingkan peran sektor industri dengan faktor lainnya pada data statistik PDB !

1.3  Tujuan Masalah
·         Mengetahui konsep dan tujuan pada industrialisasi.
·         Mengetahui faktor pendorong pada industrialisasi.
·         Mengetahui permasalahan pada industrialisasi.
·         Mengetahui strategi atau tujuan pembangunan sektor industri.
·         Membandingkan peran sektor industri dengan faktor lainnya pada data statistik PDB.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Tujuan Industrialisasi
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya dan politik.
Awal konsep industrialisasi revolusi industry abad 18 di Inggris adalah dalam pemintalan dan produksi kapas yang menciptakan spesialisasi produksi.selanjutnya penemuan baru pada pengolahan besi dan mesin uap sehingga mendorong inovasi baja,dan begitu seterusnya,inovasi-inovasi bar uterus bermunculan. Industri merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi.
Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara,dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas,dengan industrialisasi ini maka,Negara berkembanga yang mampu memanfaatkannya dengan baik,maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut.

2.2 Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
Faktor-faktor pendorong industrialisasi itu sendiri adalah :
·         Kemampuan teknologi dan inovasi.
·         Laju pertumbuhan pendapatan nasional per-kapita.
·         Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri.
·         Besar pangsa pasar DN yang ditentukan tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
·         Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi.
·         Keberasaan SDA(sumber daya alam).
·         Kebijakan atau strategi pemerintah.
2.3 Permasalahan Industrialisasi
Kendala bagi pertumbuhan industri di dalam negeri adalah ketergantungan terhadap bahan baku serta komponen impor. Mesin-mesin produksi yang sudah tua juga menjadi hambatan bagi peningkatan produktivitas dan efisiensi. Permasalahan-permasalahan tersebut telah menurunkan daya saing industri dalam negeri.
Secara umum, industri manufaktur di Negara-negara berkembang masih terbelakang jika dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju, walaupun di Negara-negara berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah sangat maju. Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah yang dihadapi industri manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat organisasi.
Kelemahan-kelemahan structural di antaranya:
·         Basis ekspor dan pasarnya yang sempit.
·         Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas.
·         Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor. manufaktur Indonesia, sementara US menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi.
·         Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk unggulan. Indonesia mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat persaingan ketat.
·         Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia mengalami penurunan daya saing.
·         Ketergantungan impor yang sangat tinggi.    
Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya:
·         Industri skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped.
·         Konsentrasi pasar.
·         Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi.
·         Lemahnya SDM.

2.4 Strategi Pembangunan Sektor Industri

Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu:
·         Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri.
·         Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri.
·         Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian.
·         Mendukung perkembangan sektor infrastruktur.
·         Meningkatkan kemampuan teknologi.
·         Meningkatkan pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk.
·         Meningkatkan penyebaran industri.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dan untuk menjawab tantangan di atas maka kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasinya.
Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk itu, strategi pembangunan industri manufaktur ke depan dengan memperhatikan kecenderungan pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang kolektif. Sektor industri prioritas tersebut dipilih berdasarkan keterkaitan dan kedalaman struktur yang kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan serta tangguh di pasar internasional.
Dengan memperhatikan permasalahan yang bersifat nasional baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka peningkatan daya saing, maka pembangunan industri nasional yang sinergi dengan pembangunan daerah diarahkan melalui dua pendekatan.
Pendekatan top-down
yaitu pembangunan industri yang direncanakan (by design) dengan memperhatikan prioritas yang ditentukan secara nasional dan diikuti oleh partisipasi daerah.

Pendekatan bottom-up
yaitu melalui penetapan kompetensi inti yang merupakan keunggulan daerah sehingga memiliki daya saing. Dalam pendekatan ini Departemen Perindustrian akan berpartisipasi secara aktif dalam membangun dan mengembangkan kompetensi inti daerah tersebut. Hal ini sekaligus merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, yang pada gilirannya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.

2.5 Data Statistik Industrialisasi
Perkembangan Impor Indonesia Berdasarkan Sektor

http://kemenperin.go.id/statistik/peran_grafik_1.php?ekspor=http://kemenperin.go.id/statistik/peran_grafik_2.php?ekspor=http://kemenperin.go.id/statistik/peran_grafik_2b.php?ekspor=

(Dalam US$)
Sektor
2010
2011
Peran
Th. 2011 (%)
I. MIGAS
27.412.657.296
40.701.517.299
22,94%
    1.Minyak Mentah
8.531.249.355
11.154.455.409
6,29%
    2. Hasil Minyak
18.018.190.027
28.134.582.256
15,86%
    3. Gas
863.217.914
1.412.479.634
0,80%
II. NON MIGAS
108.250.626.752
136.734.038.437
77,06%
    1. Pertanian
6.187.938.604
9.395.793.894
5,30%
    2. Industri
101.115.406.556
126.099.549.960
71,07%
    3. Tambang
934.618.593
1.228.726.265
0,69%
    4. Lainnya
12.662.999
9.968.318
0,01%
TOTAL
135.663.284.048
177.435.555.736
100,00%





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa Industrilisasi merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia tidak terlepas dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai metode untuk memenuhinya sesuai dengan zamannya. Langkah yang diambil yaitu dalam masalah industri, Industri memang menjadi faktor fenomenal untuk menunjang perdagangan. Mereka saling bersaing untuk mendapatkan tempat di pasar global.
3.2 Daftar Pustaka